Shaggydog Gambarkan Suasana Klitih Melalui Koboi Kota

Shaggydog Gambarkan Suasana Klitih Melalui Koboi Kota

Beberapa waktu lalu Yogyakarta sedang merebak kejahatan jalanan di malam hari. Tidak peduli di bulan puasa, klitih sempat kembali merajalela hampir setiap malam. Di jagat Twitter pun merebak tagar #klitih bahkan sampai muncul #1hari1klitih yang menginformasikan update kejahatan anak muda ini. Istilah klitih sebelumnya dimaknai sebagai aktifitas keliling kota untuk mengisi waktu luang tanpa tujuan yang jelas. Term ini lalu diadopsi oleh para pelajar sebagai kegiatan mencari musuh dari sekolah lain. Sekarang klitih berkembang menjadi kejahatan jalanan dari anak muda pengecut yang menargetkan pengendara sepeda motor secara acak di malam hari. Sebagai warga Jogja sekaligus musisi yang sering berkegiatan di malam hari, hal ini pun mengundang kekhawatiran para personil Shaggydog. Bagaimana tidak, sehari hari-nya mereka banyak ber-aktifitas di malam hari semisal manggung maupun rekaman di studio yang kadang tidak mengenal waktu. “Jadi selama bulan puasa itu Shaggydog kan sedang rekaman lagu untuk album baru kami. Sering banget pulang mendekati subuh, tentu saja pulang-nya ada rasa was – was kalo nanti dibacok orang dari belakang” ungkap Heruwa. Dasar musisi, hal yang menjadi kekhawatiran bersama ini kemudian menjadi inspirasi untuk merekam ulang lagu Koboi Kota. Single lepas yang belum pernah dirilis ini kemudian direkam ulang semua bagian-nya dengan lirik yang disesuaikan dengan keadaan saat ini. Dibuka teriakan ala koboi lalu lanjut deretan lirik Heruwa “Mata memerah dan mulut yang bau naga. Memecah hening malam dan siap berperang, tak peduli siapapun pasti dilibas” dengan tepat menggambarkan pelaku klitih yang bersiap membacok korbannya secara acak. Betotan bass Bandizt dan gebukan drum Yoyo si duo penjaga ritme ini memacu adrenaline terasa seperti sedang menghindar dari kejaran klitih yang asal “hajar hajar langsung lari”. Melodi...
John and The Jail Story Mengenang Jogja Dengan Merilis Single Baru

John and The Jail Story Mengenang Jogja Dengan Merilis Single Baru

Dibentuk di Bali pada 3 Januari 2013, John and The Jail Story dengan cepat mencuri perhatian di kalangan skena musik lokal. Band yang kini terdiri dari John Lano (vokal dan gitar akustik), Iwan Andrean (lead guitar), Okky K. (double bass) dan Andre (drum) ini bercita-cita untuk melanjutkan warisan Johnny Cash, memperjuangkan apa yang mereka yakini: musik yang agresif, penuh gairah, dan semangat budaya Country Rockabilly. Mereka secara konsisten menghadirkan sound musik Country Rockabilly yang terinspirasi oleh para musisi akar musik Country (Johnny Cash, Hank Williams, Waylon Jennings, dan Ray Charles). Setelah merilis album full-length perdana “A Broken Heart Story” tahun 2013 dan album kedua “Story From The East” yang keluar enam tahun kemudian, John and The Jail Story terus bekerja keras untuk mengembangkan karier mereka di ranah musik Country Rockabilly internasional. Perjalanan mereka kemudian mempertemukan dengan salah satu figur yang berada dibalik kemunculan skena musik Punk, Rockabilly dan seni tattoo modern di Indonesia, Athonk (Sapto Raharjo). Athonk pun kemudian menjadi produser John and The Jail Story yang mengantarkan mereka mendapatkan kesepakatan merilis single baru dengan DoggyHouse Records. Inspirasi lagu Jogja (Midnight in Sarkem) ini tercipta karena apa yang dirasakan selama mereka melakukan tour disana bulan Maret lalu. Dalam rangkaian tour tersebut mereka bermain di beberapa venue diantaranya Intermezzo Resto & Cafe, Made Cafe dan Warung Heru. Hal – hal yang dirasakan selama tour tersebut lalu mereka tulis dalam bentuk lirik dan lagu. Mereka ingin agar semua orang yang mendengarnya akan mengerti dan mengingat kembali kenangan akan Jogja sebelum dibuyarkan oleh klithih, layaknya penggalan lirik “suasana indah terasa di setiap sudut kota. Dari selatan sampai utara, dari timur hingga barat...