CHERRYPOP, Barometer Baru Festival Musik di Yogyakarta Setelah Pandemi?

CHERRYPOP, Barometer Baru Festival Musik di Yogyakarta Setelah Pandemi?

iKonser berhasil menggelar festival musik yang digadang-gadang menjadikan Yogyakarta sebagai melting point bagi band-band Indonesia dari wilayah timur maupun barat. The Dare (Lombok) yang mewakili wilayah timur Indonesia juga Silampukau (wilayah timur Jawa) sementara dari barat (masih Jawa) ada Teenage Death Star. Dari tengah (lagi – lagi masih pulau Jawa) ada Menjelang Pagi (Banjarnegara), Smaratantra (Solo), dan Kamar Jiwa (Semarang). Sementara sebagai tuan rumah ada Melancholic Bitch, Skandal, Tiger Paw dan Sangkakala. Secara pemilihan jenis musik lumayan variatif mulai Folk, Indie Rock sampai Heavy Metal walaupun masih bisa dikulik lagi secara Jogja kan gudangnya variasi genre musik yang serba ada. Plus dari segi pemetaan asal band masih berkutat di area Jawa, belum mewakili wilayah timur dan barat Indonesia seperti yang digadang – gadang sebelumnya. Selain pertunjukan band di panggung besar, di area Panggung Alpha Bravo ada ruang – ruang untuk pemutaran perdana film dokumenter skena musik Jogja, diskusi, workshop, pop up market kerajinan dan kuliner, records store serta pameran seni. Sebuah usaha diversifikasi festival musik agar penonton tidak bosen menunggu jeda penampilan band di panggung utama. Patut diapresiasi melihat usaha festival ini untuk memberikan ruang bagi penggiat film amatir dalam mendokumentasikan skena musik di Jogja. Ada lima film dokumenter yang diputar di area Popopop ini: “Di Balik Lantai Dansa” (Tuttifruti Collective), “Jogja Magnetnya Rockabilly” (Mahadhana Dira Priyahita), “EnjOi! Cerita Tentang Skinhead Jogja” (Galih Eko Kurniawan), “Tuhan, Masukkan Aku Ke Dalam Skena” (7Days Off), dan “Knock Knock! Yer Blues Here” (Spasi Latar). Program yang sangat penting bagi proses dokumentasi skena dan mari berharap ini tidak hanya berhenti disini saja. Sayangnya ruang pemutaran film belum tertata maksimal misalnya dilihat dari kapasitas...