Kaleidoskop DoggyHouse Records 2019

Kaleidoskop DoggyHouse Records 2019

Lima tahun sudah DoggyHouse Records berdiri sebagai salah satu unit produksi milik Shaggydog. Selama tahun 2019 DHR telah merilis 4 single, yaitu: KingMasMus x Magix Riddim – Mangga, Shaggydog – Jangan Gontok-Gontokan, Keynie – Little Liar Man dan Dubyouth – Stomp. Dua album penuh dari Black Finit – Digiyo Digiye dan 8 Creative pun dirilis oleh label ini selain membantu perilisan ulang album Sangkakala – Heavymetalithicum. Tidak hanya rilisan, tercatat label ini juga menggelar beberapa kegiatan yang menunjang perilisan artis mereka ambil contoh misalnya screening video musik Black Finit dan KingMasmus x Magix Riddim serta event tahunan Records Store Day dan Cassette Store Day chapter Yogyakarta. Belum lagi geliat DoggyHouse Records Artist Management (DRAM) yang mengurusi jadwal manggung 2 artisnya: Dubyouth dan Black Finit. Untuk memenuhi permintaan beberapa band yang ingin melakukan proses mixin dan mastering, DoggyHouse Studio pun dibuka untuk umum mulai Juli. Terdapat 3 paket mixing mastering yang bisa dipilih sesuai kebutuhan dan budget yang dimiliki. Tahun 2019 banyak membawa kesan pembaruan di tubuh DoggyHouse Records. Mulai dari beberapa volunteer muda di bidang desain, video dan fotografi panggung yang bergabung membuat unit ini menyuntikan kesegaran baru ke tubuh Shaggydog. Semoga di tahun 2020 nanti lebih banyak lagi inovasi dan pembaharuan yang membawa kemajuan bagi semuanya. Berikut ini kaleidoskop tahun 2019 dari DoggyHouse Records: Januari DoggyHouse Records memulai tahun 2019 dengan single Mangga dari kolaborasi duo musisi Dub, KingMasMus x Magix Riddim, yang diedarkan melalui kanal musik digital mulai tanggal 31 Januari Februari Menyambut hari kasih sayang, DoggyHouse Records bersama Doggy Shop menggelar sale Couple Package berupa promo beli 2 kaos dengan desain yang sama hanya seharga 200k...
Terinspirasi Tingkah Anaknya, Heruwa Bikin Lagu Baru Untuk Dubyouth

Terinspirasi Tingkah Anaknya, Heruwa Bikin Lagu Baru Untuk Dubyouth

Mungkin kita akan mahfum ketika seorang musisi sudah berkeluarga apalagi menimang anak, maka produktifitasnya dalam bermusik akan perlahan menurun. Tiba masa susah membuat lagu yang nyantol di telinga, berpotensi nge-hits maupun insting untuk ber-eksplorasi. Tapi tidak dengan Heruwa dan tandem-nya di Dubyouth Soundsystem, Metzdub. Setelah sukses merilis “Roots” dalam bentuk digital dan video musik yang dikerjakan dengan tehnik yang tidak biasa, duo ini tidak berdiam diri. Disela rangkaian manggung Heruwa yang padat berbagi dengan Shaggydog serta jadwal momong anak, Dubyouth kembali melepas single terbaru. “Stomp” dipilih sebagai judul lagu yang bakalan membuat siapapun yang mendengarnya tidak kuasa menghentak lantai dansa.  Siapa nyana justru lagu ini pertama kali terinspirasi oleh momen tingkah polah Atha, anak semata wayang Heruwa. “Setiap habis mandi, Atha pasti disuruh membersihkan kakinya di keset sama mamanya. Nah pas membersihkan kaki tadi di-iringi dengan kata-kata “stomp, stomp, stomp” , dengan nada seperti di lagu “Stomp” ini” ujar Heruwa mengenai kisah dibalik penciptaan “Stomp”.   Ditilik dari segi musikal, “Stomp” mencampurkan komposisi dari beberapa irama dan nada. Dimulai dari intro-nya yang mengadopsi  musik khas Timur Tengah lengkap dengan alunan serunai. Beranjak ke tengah ada nuansa Meksiko dengan tiupan trumpet Rio Sidik yang meliuk membawa angan kita menuju ke sebuah pesta kartel di Sinaloa.  Musik yang melekat di “Stomp” mungkin mengadopsi scale tradisional dari Arab dan atmosfir Meksiko tapi beat Reggaeton tampak mendominasi keseluruhan komposisi-nya. Hal ini dipermanis lagi dengan balutan string dari Ferry Kurniawan dan genjrengan gitar kolega Heruwa di Shaggydog, Raymond. Belum lagi vokal centil Melati (yang pernah menjadi backing vokal di lagu Shaggydog feat. NDX AKA -Ambilkan Gelas) menambah semarak lagu berdurasi  4.17 menit ini. Single...
Rilis Video Musik, DubYouth Gelar Premiere Party

Rilis Video Musik, DubYouth Gelar Premiere Party

Ya, setelah merilis single “Roots” via DoggyHouse Records, Dubyouth kembali beraksi di lantai dansa. Irama ber-kelas “the royal sound of Ngayogjakarta” yang diproduseri oleh Heruwa ini terbukti berhasil mengajak siapapun yang mendengarkannya untuk berdansa. Duo yang sukses meracik elemen musik mulai Reggae, Jungle, House Music hingga Dub Music ke dalam atmosfir urban ini tidak hanya berhenti di penawaran audio saja. Bekerjasama dengan tim Lepaskendali Labs, dibuatlah sebuah video musik yang ciamik untuk menemani dentuman lagu yang rancak ini. Lepaskendali Labs yang juga pernah membuat video lirik lagu Shaggydog “Rock Da Mic” ini mengejawantahkan kembali “Roots” berdasar storyline yang dibuat bersama sang MC, Heruwa. Mereka memadukan visual mapping dengan kearifan lokal dimana visualisasi digital ditembakkan langsung secara mobile ke beberapa sudut landmark kota Jogja. Tidak lupa rekaman video kolaborasi Dubyouth dengan kelompok tari Angguk Sri Panglaras di gelaran Festival Kesenian Yogyakarta yang ditampilkan dalam bentuk visual mapping. Selain itu beberapa potongan video mapping dari proyek Jogjakarta Video Mapping Project (JVMP) ikut mewarnai video musik yang menampilkan Hendi (Something Wrong) sebagai talent ini. Peresmian dirilisnya video musik Dubyouth – Roots maka DoggyHouse Records menggelar acara pemutaran perdana yang diselenggarakan pada Sabtu, 22 Desember 2018 di Iindigo Lounge (DoubleTree by Hilton Hotel Jakarta), juga dimeriahkan dengan penampilan Juik Cobra @rombongreggae_official, Kulki @kulk1, Aldiano @aldiano dann acara dipandu oleh Kiki Ucup @kikiauliaucup    ...
RILIS SINGLE “ROOTS”, DUBYOUTH KEMBALI KE AKAR MUSIK MEREKA

RILIS SINGLE “ROOTS”, DUBYOUTH KEMBALI KE AKAR MUSIK MEREKA

Dubyouth Soundsystem dikenal sebagai tandem yang sukses meracik elemen musik mulai Reggae, Jungle, House Music hingga Dub Music ke dalam atmosfir urban mereka. Proyek musik yang bermula dari kamar tidur ini pun baru saja merilis ulang album pertama mereka ke format digital yang bisa dibeli via toko musik digital semisal iTunes, Spotify dan lainnya. Tahun 2015 grup Elektronik dari Jogjakarta ini pernah merilis single duet dengan Masia One bertajuk “Bababoom” melalui DoggyHouse Records. Kolaborasi tersebut kemudian menjadi materi kontes remix “10 Milli Remix Contest” yang bertepatan dengan perayaan 10 tahun duo yang digawangi oleh PoppaTee a.k.a Heruwa “Shaggydog” dan Metz ini.   Walaupun jarang terdengar kegiatan manggung-nya tapi jangan salah, Dubyouth belum melemah. Tercatat mereka sempat melanglang buana ke Jepang dalam rangkaian Zushi Beach Film Festival di bulan Mei 2016. Dan sudah saatnya di 2018 ini mereka kembali ber-eksplorasi menerabas sisi pojok sebuah jenis musik demi menyajikan materi paling fresh. Setelah tertidur cukup lama, sepertinya 2018 adalah saat yang tepat untuk bangun dari tidur yang panjang. Sudah saatnya mereka kembali ke lantai dansa melalui dentuman single “Roots”. Layaknya datang dari langit seperti hujan api, rentetan “And tell the people in the town cmon wake them up” seolah ingin membangunkan semua orang sekaligus memberi kabar bahwa Dubyouth telah kembali. Komposisi terbaru ini mengajak penikmat musik dansa ke akar musik Elektronik ciri khas awal Dubyouth layaknya kalimat “bring back the fire to the dance again”. Tanpa peduli apa kata orang, tersemat lirik yang kembali menekankan bahwa mereka tetap nge-roots di “I’am strictly roots”. Tidak bisa dipungkiri bahwa irama ber-kelas “the royal sound of Ngayogjakarta” yang diproduseri oleh Heruwa ini bakal mengajak siapapun yang mendengarkannya untuk berdansa resah. Single “Roots” bisa dibeli melalui toko musik...
Lima Seniman Jogja Beraksi Di Indonesian Day Pada Zushi Beach Film Festival Jepang

Lima Seniman Jogja Beraksi Di Indonesian Day Pada Zushi Beach Film Festival Jepang

Musim panas di Tokyo bisa menjadi hal yang sangat mengganggu. Hal tersebut yang membuat para penghuni kota metropolitan Jepang ini mencoba melarikan diri ke pantai, dan pantai Zushi di Kanagawa menjadi salah satu tempat pelarian musim panas paling populer. Sayangnya pantai ini melarang pemutaran musik keras, tattoo dan barbecue, tapi diantara semua larangan tadi terselip sebuah event yang harus dihadiri terutama pada saat Golden Week, The Zushi Beach Film Festival (ZBFF). ZBFF adalah sebuah festival film tahunan yang diorganisir oleh Cinema Caravan, sebuah kolektif seniman Jepang yang mempergunakan video/film sebagai media. Dengan konsep Play With The Earth, kolektif ini sering mengadakan pemutaran film secara interaktif melalui format bioskop keliling dengan tempat yang dekat dengan alam semisal di atas bukit atau tepi pantai yang sepi. ZBFF tahun ini adalah yang ke tujuh kalinya digelar, dan kali ini akan berlangsung mulai 28 April sampai 8 Mei 2016. ZBFF sendiri secara ironis menawarkan semua hal yang dilarang di pantai tersebut mulai dari pemutaran bermacam jenis film, pertunjukkan musik keras, tattoo serta pesta makanan tradisional setiap harinya. Selain itu, festival ini juga menyajikan pergelaran seni, budaya serta olahraga ekstrem dari berbagai negara yang ditunjuk sebagai tema harian, termasuk Indonesian Day. Untuk informasi lain mengenai ZBFF, silahkan cek: www.zushifilm.com Pada ZBFF 2016 kali ini, Cinema Caravan mengundang lima seniman Indonesia untuk mengkurasi Indonesian Day yang tidak hanya menyajikan unsur film dan seni rupa tetapi juga musik, makanan serta budaya lokal lainnya. Indonesian Day di ZBFF 2016 yang diselenggarakan pada 7 Mei 2016 nanti akan menggelar permainan interaktif lomba ala tujuh belasan semisal Lomba Makan Krupuk, Balap Karung, Voli, Lari Bakiak serta memasak masakan Indonesia....