by admin | Jan 4, 2023 | News, Review
Syarikat Idola Remaja, group musik asal Bandung ini muncul ke publik dengan lagu-lagunya yang mencuri perhatian mulai dari ‘Musafir Anthem’ hingga ‘Mars Pengangguran’. Band yang dihuni oleh Fariz “Aceng” Alwan (seruling, bangsing, vokal), Sendy Novian (gitalele, vokal), Dimas Dinar Wijaksana (gitar, vokal), Dwi Kartika Yuddhaswara (bass, vokal), Jon Kastella (gitar, vokal), Arum Trestaningtyas (ukulele, vokal), Ferry Nurhayat (keyboard), Zulqi Lael Ramadhana (gitar) dan Yaya Risbaya (perkusi) ini kemudian merilis album perdana-nya, “SAMARA”, 9 April 2022 lalu. Lagu ‘Kota Yang Mahsyur’ yang pertama diperdengarkan ke publik sebelum rilisnya album perdana mereka. Menurut Dwi Kartika Yuddhaswara “Album SAMARA ini cerita yang ngebahas Jalur Rempah Nusantara. Nah… Kota Yang Mahsyur ini dikeluarin duluan karena mereka mau ngerayain dulu. Nanti baru kilas balik ke perjalanan dari bangsa Eropa sampai ke Indonesia.” Jujur saja, ketika pertama kali aku mendengar lagu pada album ini, aku tidak hanya sekadar mendengarkan sebuah musik biasa, tetapi seperti sedang menikmati cerita sebelum tidur, layaknya sebuah dongeng yang disyairkan dengan indah. Irama Melayu yang kental dan instrumen seruling yang khas dari Syarikat Idola Remaja seolah-olah mengajakku untuk ikut berdendang dan merasakan keindahan lirik yang begitu puitis, yang membuatku terhanyut dalam makna yang begitu dalam dan menyentuh hati. ‘Kota Yang Mahsyur’ jadi perhatianku, dengan potongan story diawal dan secara spesifik tentang obrolan orang tua ke anaknya bahwa para petani pergi ke sawah tidak hanya untuk bekerja semata, tetapi menebar cinta dan harapan. Ada yang menarik juga dari penggalan lirik ‘Kota Yang Mahsyur’ ini, yaitu: “semoga kita tak gugur… tenggelam di kota yang mahsyur…”. Setiap orang bebas memaknai dan meng-artikan sebuah lirik lagu, pada penggalan lirik ini menurutku merupakan sebuah pesan yang tersurat...
by admin | Dec 26, 2022 | News, Review
“Semburat”, album milik band Ska asal Jakarta “Sentimental Moods” dirilis pada tahun 2017. Album ini terdiri dari 13 lagu yang semuanya terdengar sangat menyenangkan, sesuai dengan ciri khas musik Ska yang kita kenal. Namun, ada sesuatu yang unik dari album ini yaitu lagu “Lhaiki!“, yang menggunakan bahasa Jawa dalam liriknya. Menurutku, ini adalah ide yang brilian karena memberikan nuansa yang khas dan memberikan pengalaman berbeda bagi pendengar. Selain itu, penggunaan bahasa Jawa juga menampilkan kekayaan budaya Indonesia yang lebih luas. Salah satu hal yang aku sukai dari album “Semburat” ini adalah bagaimana Sentimental Moods berhasil menggabungkan musik Ska dengan irama tradisional, seperti pada “Ode“. Menurutku, kombinasi ini sangat unik dan menarik, tetapi perlu diingat bahwa penggabungan ini tidak selalu berhasil tergantung pada bagaimana kedua genre tersebut disatukan dan diintegrasikan dalam lagu tersebut. Sentimental Moods berhasil melakukannya dengan sangat baik. Meskipun aku sangat menikmati seluruh lagu dalam album “Semburat“, ada satu lagu yang agak mengganggu perhatianku yaitu “Black Coffee“, lagu pembuka dari album ini. Menurutku, lagu ini terkesan flat dan tidak terdengar seperti musik Ska yang seharusnya, terutama mengingat Sentimental Moods biasanya memiliki lagu yang upbeat dan energetic. Yang menjadi lagu favoritku adalah “Lovely Niku” dengan menggunakan suling sebagai instrumen tambahan. Menurutku, penggunaan suling memberikan sentuhan yang unik dan fresh pada musik Ska, sekaligus menambahkan suasana yang lebih melodis dan menenangkan. Jadi, bagi kamu yang ingin mencari sesuatu yang berbeda dari musik Ska dan ingin menikmati penggabungan musik Ska dengan unsur budaya, aku sangat merekomendasikan album “Semburat” milik Sentimental Moods. Aransemen musik dalam album ini juga terasa proporsional dan tidak terlalu berlebihan, sehingga lagu-lagu terdengar fresh dan tidak membosankan. Review...