Sebelum membahas albumnya, mari kita bahas Dubyouth terlebih dahulu. Group ini dibentuk oleh Heruwa “Shaggydog” sebagai MC dan Metzdub sebagai DJ pada tahun 2003 di kota Yogyakarta. Walaupun tidak sebesar Shaggydog, Dubyouth memiliki kesamaan dalam mengekspresikan musik dan memiliki karakteristik khas yang unik dalam setiap penampilannya. Dengan mencampurkan berbagai gaya musik seperti reggae, dance hall, dub dan raggamuffin, mereka menciptakan musik yang luar biasa dan bervariasi. Melalui skena underground yang kecil, mereka dapat menembus pasar musik dan menduduki chart indie di salah satu radio ternama di Indonesia, hal ini sangat mengejutkan group ini, karena mereka sama sekali tidak pernah melakukan promosi di radio-radio.
Pada tahun 2012, mereka resmi merilis album perdana yang berisi 9 lagu, semua lagu penuh dengan ‘echo rhythm’ dan sentuhan reggae yang kental dengan penggunaan lirik Jamaican Slang. Mereka juga mengajak beberapa rapper untuk berkolaborasi pada album ini, seperti Yacko & Nova di lagu ‘Boys Don’t Mess’, juga berkolaborasi dengan rapper asal Yogyakarta, Jogja Hiphop Fondation di lagu ‘Bombassu’. Yang menariknya, pada lagu ‘Bombassu’ ini menggunakan lirik bahasa Jawa dan memberikan kesan bahwa bahasa daerah mereka mampu bersanding bersama musik modern dan menghasilkan suatu musik yang sensasional.
Lagu “Love 2 C U Dance” mencuri perhatianku dan menurutku merupakan salah satu hal sempurna yang ditawarkan Dubyouth dalam album ini. Back-sound yang ceria dan bergairah sangat pas dengan nuansa yang diciptakan oleh lagu ini, aku seolah dibawa ke dalam sebuah festival pasar malam yang ramai dan penuh dengan cahaya yang berkelip-kelip. Menghilangkan sejenak realitas kehidupan dan ikuti irama yang ada.
Mari kita menilik sampul album secara menyeluruh, sampul album yang ditampilkan di sini adalah sebuah karya seni yang luar biasa. Keindahan artwork-nya dan kekayaan makna pada setiap detail yang terkandung di dalam sampul depan album ini sangat mengesankan. Terlihat gambar topeng reog sedang memakai headphone yang terangkai dari beberapa ikon khas Indonesia seperti beberapa keris diantara api yang membara, dua ekor gajah menghadap berlawanan yang ditengahnya terdapat tugu Yogyakarta, lalu dua sound system yang masing-masing terdapat prajurit kerajaan Nusantara yang mengapit gambar topeng reog. Terlihat gambar harimau, kerbau dan kelelawar, lalu perahu berbentuk naga sedang menerjang ombak yang menghadap kearah topeng reog tersebut.
Typografi yang bertuliskan Dubyouth terlihat lebih menonjol dari sampul albumnya. Selain itu, para personil digambarkan dengan indah sebagai topeng khas Indonesia, yang menggambarkan kekayaan budaya yang dimiliki. Juga tampak seorang raja kerajaan Nusantara yang terlihat menikmati musik melalui headset-nya.
Jika dianalisis secara semiotika visual, artwork sampul album ini mengeksplorasi kekayaan budaya Indonesia yang beragam-ragam dengan nuansa yang lebih modern. Penggambaran yang indah ini mengisyaratkan bahwa musik adalah bagian yang tak terpisahkan dari budaya Indonesia.
Secara keseluruhan, album Dubyouth benar-benar menyuguhkan sensasi musik yang spektakuler. Ritme dub & echo berkelas serta Jamaican style yang khas disajikan Dubyouth membuat album ini menjadi suguhan musik yang tidak boleh dilewatkan. Belum lagi sampul albumnya yang ikonik dan penuh makna dari setiap ilustrasi yang ada, membuat album ini semakin menambah daya tarik. Sangat recommended ketika sedang berpesta dan merayakan sesuatu bersama teman-teman.
Review oleh Ahmad Gibran
Editor Indra Menus
Foto oleh Anjania Nanda Pithaloka