Berdiri pada tahun 2017, Arief dan Sigit menamai genre Irama Pantai Selatan dengan “Maritim Pop”, yang simplenya lagu pop yang dipadukan ritme dan lirik dengan atmosfer pantai. Pada tahun 2020, mereka merilis debut album pertama “Dendang Samudra” yang terdiri dari 8 lagu dengan lagu pembuka berjudul yang sama.
Album ini menceritakan tentang kehidupan yang sering dijumpai di pesisir pantai, mulai dari kisah cinta, festival rakyat dan detail-detail kecil seperti kesegaran minum es kelapa di pinggir pantai. Aku mendengar ada nuansa keroncong, latin dan jazz di dalamnya, dengan instrumen ukulele khas dari musik ‘Hawaiian’. Vokal congkak Melayu yang “mendayu”, juga lirik yang ringan dan bermasyarakat serta dibawakan dengan tidak bertele – tele yang sangat lekat dengan pembawaan mereka. Aku langsung teringat lagu-lagunya Alm. Tan P Ramlee ketika pertama kali dengar lagu-lagu mereka.
Ada dua lagu yang berbeda dari semuanya di album ini, ‘Puja Puji Puspa Hati’ dan ‘Asmara Lautan Biru (Di Cilincing)”. Kedua lagu ini memiliki vokal yang lembut dan sangat memikat, sekaligus menjadi lagu dengan tempo paling slow di album ini.
Yang menonjol juga, di lagu ‘Bintang Laut’ diawali dengen puisi naratif yang dibawakan seolah sedang bercerita kepada sekumpulan anak-anak. Lagu ini membawa pesan penting tentang pentingnya melindungi habitat dan ekosistem laut.
Aku mau ngebahas arti lirik lagunya. Di lagu “Jelita”, menurutku seperti menonton film komedi pendek ketika mendengarkannya, semisal “Seorang pria yang melongo melihat gadis yang senyum dengannya sambil berlari dipinggir pantai, tapi gadis itu enggak senyum dengan pria itu aja, semua pria di pantai diberikan senyuman. Tapi gadis itu anaknya jagoan pantai tersebut”.
Pada lagu “Khayalan Rakyat” menceritakan tentang curhatan seorang pria yang ingin melamar seorang gadis anak saudagar, tetapi ia sadar jika ia hanyalah rakyat biasa, biarlah itu menjadi khayalannya saja. Penggunaan anekdot “Aduh mak, tidaklah mungkin dapatkan hati dia cantik… Mas kawin bagaimana? Masa diberi becak” menambah nilai tersendiri lagi lagu ini. Tapi terlepas dari itu semua, meskipun memiliki tema yang lucu, lagu ini sangat sukses menyampaikan pesan yang relate dengan kehidupan rakyat biasa.
Irama Pantai Selatan mungkin dapat disandingkan dengan The Panturas atau Sundancer yang mengusung genre surf rock. Lagu-lagu dengan lirik yang menangkap esensi kehidupan pantai dan membawa kalian pada pengalaman musik yang sangat personal dan relate dengan kecintaan pada suasana pantai. Ini adalah album yang sangat cocok didengarkan saat berkemah atau menikmati pemandangan pantai saat matahari terbenam.
Review oleh Ahmad Gibran
Editor Indra Menus
Foto: Dokumen Irama Pantai Selatan