Special Intimate with D’Masiv Unplugged Session

Special Intimate with D’Masiv Unplugged Session

Prambanan Jazz Cafe mempersembahkan : iKonseria “Special Intimate with D’Masiv Unplugged Session” Powered by iKonser Rabu, 15 Maret 2023 pukul 15.00 WIB di Prambanan Jazz Cafe, Yogyakarta. Tiket tersedia di website app.sermorpheus.com – Presale (Sold out) – Regular (200K) TERBATAS! Media Partner : @allyoucanart @ykvvknd @kolonigigs @hookspace @musikjogja @pophariini @synchronize.radio @deathrockstar @moji.social @richmusiconline @doggyhouserecs @vindes.ig...
Mengulik Musik Indonesia Yang Mengandung Substansi Narkoba

Mengulik Musik Indonesia Yang Mengandung Substansi Narkoba

Musik dan narkoba (narkotika, psikotropika, dan obat terlarang) dapat memiliki hubungan yang kompleks. Beberapa musisi percaya bahwa menggunakan narkoba dapat meningkatkan pengalaman musik, merangsang perasaan yang dialami, meningkatkan kreativitas, penciptaan lirik dan mengurangi rasa takut atau cemas saat tampil di depan publik. Beberapa musik yang mengandung unsur narkoba dapat menimbulkan berbagai reaksi dari pendengarnya. Ada yang menilai bahwa lagu tersebut sebagai wujud seni dan kreativitas dari penciptanya, namun ada juga yang menganggapnya sebagai ajakan atau glorifikasi terhadap penggunaan narkoba. Terlepas dari semua hal-hal yang negatif dari pengaruh narkotika, musik yang mengandung makna lirik narkoba tetaplah menjadi bagian dari sejarah musik dan budaya populer. Kali ini aku mau merangkai dan memaknai beberapa musik yang aku rasa mengandung unsur narkoba yang mungkin jarang diketahui banyak orang. The Brims – Anti Gandja The Brims (biar rupa – rupa isinya, masih tetap satu) merupakan salah satu grup musik yang tergabung dalam unit Brigade Mobil Republik Indonesia yang dibentuk pada tahun 70an, mengusung genre rock dengan unsur psychedelic. Salah satu karya terkenal mereka adalah lagu “Anti Gandja” dari album Vol. 1: Let Me Show My Way – Anti Gandja (Mesra) yang memiliki nuansa trippy dan mengajak untuk melawan penggunaan narkotika. Meskipun bertujuan untuk mengkampanyekan anti narkotika, “Anti Gandja” justru mampu membuat pendengarnya merasa terhanyut dalam suasana “mengawang”. Lagu ini tentunya memunculkan berbagai pertanyaan dan kesan yang mengganjal segera muncul dalam pikiran kita setelah mendengar lagu yang dirilis pada tahun 1972 ini. Salah satu hal yang mungkin ditanyakan adalah bagaimana mungkin sebuah lagu yang terdengar seperti memberikan informasi tentang bahaya penggunaan narkotika malah memberikan efek halusinasi dan sangat cocok didengar ketika sedang “high”. The Flowers...
NDX AKA Galang Solidaritas Cinta Bareng Dua Personil Shaggydog

NDX AKA Galang Solidaritas Cinta Bareng Dua Personil Shaggydog

Setelah sukses dengan kolaborasi Ambilkan Gelas yang menyabet AMI Awards, kedekatan personil NDX AKA dan Shaggydog makin kuat. Beberapa panggung musik diwarnai dengan kolaborasi mereka di atas panggung yang sukses membuat penonton bergoyang. Solidaritas selama ini identik dengan prinsip gotong royong sebagai budaya khas Indonesia yang terus bermunculan ke permukaan dalam berbagai bentuk, salah satunya dalam hal bermusik. Dalam menyikapi kondisi yang ada, kita juga membutuhkan adanya jalinan solidaritas yang saling menguatkan antar sesama. Hal inilah yang menjadi alasan kuat kolaborasi terbaru NDX AKA dengan dua player Shaggydog. Di sela proses perilisan album baru yang belum juga kunjung selesai, duo Nanda dan PJR Michropone berkolaborasi dengan Heruwa dan Raymond. Brainstorming ide dan workshop dilakukan di sela jadwal manggung kedua band yang kembali padat. Dengan menggandeng Heruwa sebagai produser, proses rekaman single yang diberi judul Solidaritas Cinta ini dilakukan di DoggyHouse studio. Solidaritas lah yang membuat seniman kontemporer, Agan Harahap, juga ikut ambil bagian di single ini. Artwork yang dikerjakan oleh Agan Haharap sendiri diilhami dari poster film Indonesia era 90an dengan penggambaran dua mobil icon era itu juga figur dua personil NDA AKA serta Heruwa dan Raymond terpampang jelas di atasnya. Dibuka dengan lirik mix bahasa Jawa dan Indonesia dibarengi pencetan tuts keyboard, duo asal Bantul ini melafalkan “solidaritas cinta, menguatkan diriku, matur nuwun kabeh dinggo koncoku”. Kemudian beat eklektik campuran elektronik dan dangdut koplo siap mengajak siapa saja untuk berdansa. Di tengah lagu, tetiba menyeruak sayatan solo gitar Raymond dilanjutkan suara Heruwa yang khas. Keseluruhan vibe Solidaritas Cinta cocok digunakan untuk saling menguatkan teman yang sedang mengalami krisis percintaan. Single yang ditulis keroyokan oleh Heruwa, DF, Seto Tamtomo...
Cakrux Geber Realita Ekonomi Kelas Menengah di Single Kredit Motor

Cakrux Geber Realita Ekonomi Kelas Menengah di Single Kredit Motor

Jogja kembali melahirkan band baru, kali ini Cakrux yang berisikan muka lama di skena musik lokal. Adalah Putro Sehat (gitar & vokal), Heri Bertus (bass & vokal) dan Edo (drum) yang berada di balik trio pengusung punk minimalis ini. Putro sendiri pernah mengguncang panggung bersama trio punk grunge, The Franskenstone yang sempat merilis beberapa album bahkan tour Asia tenggara. Selain itu, founder pedal efek Sehat Effectors ini pernah mengharu biru bersama duo akustik, Indigo Moon, yang single-nya masuk di kompilasi DoggyHouse Records, Doggy Bark volume 1 beberapa tahun silam. Sehingga wajar rasanya jika kemudian Cakrux menggandeng DoggyHouse Records untuk merilis single mereka. Sebelumnya Cakrux telah meluncurkan single pertama berjudul Kredit Motor dan beberapa single dalam bentuk video yang terangkum dalam satu mini album via YouTube. Dari segi musik, Cakrux tidak menawarkan kebaruan, malah terkesan minimalis dengan penggunaan gitar empat senar dan bass dua senar. Perpaduan punk tiga chord, sedikit bumbu Motorhead dan lirik lugas serta sederhana yang mudah dicerna tanpa menghilangkan esensi makna-nya menjadi nilai plus Cakrux. Kredit menjadi sebuah urusan yang lekat dengan kebanyakan masyarakat menengah ke bawah, itu diperlihatkan dengan lugas dan to the point di lirik Kredit Motor. “Lagu ini berkisah tentang bapak-bapak kelas menengah yang terhimpit ekonomi, jadi kredit motor adalah pilihan terakhir. Setiap hari ditagih hutang, tapi karena uang hanya cukup untuk makan sehari-hari sampai motor rusak kreditnya belum lunas,” ungkap Putro mengenai kisah dibalik penulisan lirik Kredit Motor yang mudah diingat ini. Dengan menggandeng Seto Brahmana sebagai produser, proses rekaman, mixing dan mastering Kredit Motor dilakukan di DS Records Yogyakarta. Single Cakrux – Kredit Motor sudah beredar di kanal digital stores (Spotify, TikTok,...
Syifasativa Soroti Realitas Sosial Di Kelompok Tani Remaja

Syifasativa Soroti Realitas Sosial Di Kelompok Tani Remaja

Syifasativa, seorang aktivis dari Purbalingga, Jawa Tengah yang mengutarakan kritikannya lewat music. Dikenal dengan lirik perlawanan yang puitis Syifasativa kini sudah merilis empat album: “Aku Pusing, Vol. 2” (2020), “Nikmati Sajalah” (2021), “Tanam Sawi Di Bulan” (2021) dan album barunya “Kelompok Tani Remaja” (2022). Kali ini, album “Kelompok Tani Remaja” yang mau aku bedah. Album “Kelompok Tani Remaja” ini berisi 10 lagu, sama seperti album dan single sebelumnya, ia masih mengalunkan irama folk dengan harmonikanya yang syahdu. Album ini berisi tentang realitas kehidupan yang dilihat dari kacamata-nya sendiri, dimana setiap lagu punya cerita dan isu-nya masing-masing yang ingin diangkat. Cover album-nya menggambarkan peristiwa dimana petani ditindas oleh pihak yang ingin merebut lahan mereka. Ilustrasi seorang laki-laki dan perempuan memegang senjata sebagai simbol perlawanan terhadap apa yang sudah dirampas. Aku rasa, Syifasativa menceritakan tentang hal-hal yang masih hangat terjadi di Indonesia, dimana warga mempertahankan lahan mereka dari penggusuran oleh oknum yang menggunakan kekerasan sebagai senjatanya untuk menakutin para warga yang ingin berontak untuk merebut kembali kawasan mereka. Aku mau ngebahas dulu lagu pembukanya, Kelompok Tani Remaja, lagu ini ngebahas curhatan seorang anak yang udah muak sama orang tuanya yang terlalu kontrol dan ga pernah merhatiin dia, jadi dia pergi ke pedesaan buat bantu para petani. Nah, yang menariknya dari lagu ini, intronya pakai dialog tunggal dari sudut pandang orang tua, dan di part akhir melantunkan dialog dari anak petani tersebut. Kritikan keras juga aku dengar di lagu Kota Kapitalis, aku dengar “Ada benteng besar yang tak tampak fisiknya… Melindungi bos kaya, penguasa, dan kolega… Gerbangnya terbuka seakan baik bentuknya… Padahal hanya siasat kontrol manusia…”, ini adalah sebuah tuduhan dari Syifasativa...
Jangan Lewatkan Perjumpaan Kembali Deep Purple Dengan God Bless di Solo!

Jangan Lewatkan Perjumpaan Kembali Deep Purple Dengan God Bless di Solo!

SEJAK awal mula, hikayat perjumpaan Deep Purple dan God Bless adalah takdir yang akan bergulir panjang. Berangkat dari berupa pertemuan idola dan penggemar, berkembang menjadi dua band rock yang sama-sama teruji waktu, melintasi pergolakan zaman, dan berhasil melewati selera musik yang berubah secara gegas dan dinamis. Pada 1973, Deep Purple lepas dari formasi legendaris Mark II. Band rock yang dibentuk di London pada 1968 ini sedang menjalani masa bulan madu formasi Mark III, dengan dua personel baru: Glenn Hughes (bass), dan David Coverdale, vokalis muda yang saat itu belum punya nama dan dipilih langsung oleh Ritchie Blackmore karena karakter suara yang “…maskulin dan punya corak blues yang jernih.” Di tahun yang sama, berjarak ribuan kilometer dari London, ada sebuah band yang baru dibentuk di Indonesia. Namanya God Bless. Awalnya tapak karier mereka serupa seperti kebanyakan band rock di Indonesia, yakni menjadi band cover dan memainkan lagu-lagu band favoritnya, termasuk Deep Purple. God Bless tumbuh besar di kancah musik Indonesia yang sedang ada di titik puncak gairah. Pelarangan musik ngak ngik ngok yang terjadi di era Orde Lama, sudah tak ada lagi seiring Orde Baru yang naik ke permukaan. Akibatnya, pengaruh budaya pop, termasuk musik rock, mengalir dengan deras ke Indonesia. Ini diikuti dengan munculnya banyak band rock di Indonesia, yang kala itu sering juga, dengan salah kaprah,  disebut sebagai band underground. Pada 1974, Deep Purple merilis Burn, album perdana yang menandai dimulainya era Mark III. Beberapa bulan kemudian, Deep Purple merilis album kesembilan, Stormbringer. Pada 1975, mereka merilis album kesepuluh, Come Taste the Band, satu-satunya album yang digarap oleh gitaris Tommy Bolin yang masuk menggantikan Ritchie Blackmore. Pada tahun...